soto kerbau maju 57 Kudus

Sate Kerbau Maju 57

imageSabtu malam dalam perjalanan tugas ke Pati kami menyempatkan diri berhenti di Kudus. Sate Kerbau di jalan Kutilang, atau lebih beken dengan sebutan gang 1, adalah tujuan kami. Warung ini hanya buka dari sore sampai malam hari. Dan kami tiba di saat yang sangat tepat.

Kami tak pernah pusing soal kuliner Kudus karena suamiku kenal betul dengan seluk-beluk kota ini. Dalam sekejap kami sudah memasuki warung tenda Sate Kerbau Maju 57 yang sejak generasi terdahulu sudah menjadi langganan suami.

Begitu duduk, nasi putih beralas daun jati langsung disuguhkan di depan kami. Mata si bungsu terbelalak menatapnya. “Sedikit amaaat,” bisiknya nyaris tak percaya. “Nanti kalau kurang bisa tambah,” ujarku menghiburnya, sekaligus menghibur perutku sendiri yang menuntut segera diisi.

imageSeporsi nasi dipatok seharga dua ribu rupiah. Jadi wajar ya bila jumlah suapannya terbatas, kalau kurang kan bisa tambah. Sedangkan untuk sate kerbaunya, sepuluh tusuk dihargai dua puluh lima ribu. Tetapi mereka juga mau melayani kalau ada yang pesan tiga atau empat tusuk saja. Beginilah penampakan satenya.

Sate yang berwarna gelap ini memang cocok dilahap bareng nasi. Sebab bila digado begitu saja, bumbunya terasa sangat berani. Tapi bersama nasi … mmm … jodoh banget!

Sekilas rasa bumbunya mirip sate sapi. Namun warna dagingnya yang lebih gelap dan sensasi lembut sekaligus kenyal di setiap gigitannya benar-benar tak tertandingi.

image

Sambil menghayati setiap kunyahan, kuikuti obrolan suamiku dan ibu penjual sate. Suamiku mengomentari penyajian sate kerbau yang berubah. Dulu satenya disajikan di baskom besar dalam kondisi siap santap. Tiap pelanggan bebas mengambil berapa saja. Nanti pembayarannya dihitung berdasarkan tusuk sate yang tergolek di piring masing-masing.

Tapi sekarang jaman sudah berubah. Makin gencar orang yang berlaku curang. Bekas tusuk satenya pada disembunyikan. Makan tiga puluh tusuk ngakunya cuma lima belas. Penjualnya cenut-cenut dong.

Jadi lebih baik pelanggan memesan sesuai keinginan. Lagi pula, sekarang orang lebih suka dibikinkan langsung. Masih mengepul panas ketika disantap. Lebih bersih pula.

Akhirnya tuntas sudah tusuk demi tusuk sate kami lahap. Kenyang. Ternyata sepuluh tusuk sate dan seporsi kecil nasi sanggup membuat  lingkar pinggang agak membengkak, haha.

image
Bapak penjual sate kerbau sedang menghitung rincian biaya makan malam kami.

Total biaya yang kami bayar untuk tiga porsi nasi putih, tiga puluh tusuk sate, segelas teh hangat tawar dan segelas teh manis adalah IDR 84.000. Ohh, andai kami bisa sering-sering ke sini.

image
Ibu penjual sate kerbau bersantai di depan televisi setelah melayani para pelanggan.

20 respons untuk ‘Sate Kerbau Maju 57

  1. fanny fristhika nila

    aku lapeeerr ^o^.. aku juga lbh suka sate kerbau mbak drpd sapi.. dagingnya lbh kenyal kalo aku bilang.. Pernah sekali makan, tp bukan di kudus.. pdhl denger2 di kudus memang banyak ya sate kerbau … kpn2 nyobain kesana deh, pdhl aku ada om tinggal di kudus, tp blm kesampaian mampir

    Suka

Terima kasih telah berkunjung dan menyempatkan waktu untuk berkomentar