Drakor itu nama peran antagonis di sebuah film kah? Kayaknya kok gahar, gitu. Pertanyaan itu sempat tercetus di benakku meski kala itu K-drama sudah cukup digandrungi di sini. Jangan heran kalau diriku kurang update sebab aku termasuk tipe wait n see kalau ada trend baru. Lebih tepatnya wait n reluctantly see. So, bahwa drakor adalah singkatan dari drama Korea sangat terlambat kuketahui.
Waktu itu, salah satu faktor yang bikin aku kurang menaruh minat pada drama Korea adalah stereotip yang melekat pada para aktornya. Mereka dikenal sebagai tipe cowok yang berparas cantik dan berperawakan semampai. Walau beda konotasi dengan ladyboy Thailand, tetap saja aku merasa asing dengan hal itu.
Lalu semakin hari popularitas K-drama dan budaya K-pop semakin meroket di mana-mana. Sementara itu, satu-satunya drama Korea yang pernah kutonton adalah Jewel in the Palace (Dae Jang Geum) –tanpa menyadari bahwa itulah yang disebut drakor. Aku menyukainya sebab sensasi yang kurasakan saat menontonnya serupa dengan yang kualami ketika aku menonton Oshin (drama berseri produksi Jepang) dulu, walau jika ditinjau dari jalan cerita jelas tidak sama. Dan memang sehabis itu aku tak suka dengan drama Korea yang lain meskipun sudah mencoba menonton. Baru lihat sedikit saja sudah bosan rasanya. Memang dasar gak niat, sih.
Anyway, memasuki tahun 2012 kecuekanku terhadap drakor tetap bertahan. Sampai suatu saat di tahun yang sama, datang undangan untuk melakukan studi banding ke sebuah gereja di Korea. Bersama suami dan beberapa anggota majelis gereja, bertolaklah aku ke Negeri Ginseng. Tidak ada antusiasme khusus terkait destinasinya sendiri. Senang aja menyambut another adventure di negeri orang.
Yang sama sekali luput dari antisipasiku adalah … tata krama pihak tuan rumah dalam menerima kedatangan kami. Sejak menjemput kami di bandara Incheon sampai mengantar kepulangan kami di bandara yang sama seminggu kemudian, sambutan hangat dan tata krama tuan rumah benar-benar sulit dipercaya. Aku tahu gak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi sulit sekali mencari kekurangan dalam sikap mereka selama kami berada di sana.
Banyak yang kupelajari langsung selama seminggu itu, di antaranya adalah kegemaran mereka bergerak gesit, datang lebih awal dari waktu pertemuan, sangat peduli pada penyandang disabilitas, paling menghargai orang yang lebih tua, sampai kepedulian yang tinggi terhadap kualitas hidup warga lanjut usia. Orang Korea bahkan sudah lama menyediakan lapangan kerja khusus untuk para lansia.
Sekelumit hal positif itulah yang berhasil membalik pandanganku terhadap budaya Korea dan segala yang berkaitan dengannya. Padahal kalau dipikir-pikir, sebenarnya pengalaman berinteraksi face to face dengan tuan rumah di sana tidak berkaitan langsung dengan bab drama Korea ^^. Tapi nyata sekali, sepulang dari sana mulai timbul minatku untuk mencoba (sedikit) memahami bahasa Korea, plus melirik-lirik K-drama dan mencicipi K-pop.
Berhubung aku memang suka nonton, gak butuh waktu lama bagiku untuk akrab dengan drakor. Dan setelah berpetualang dalam berbagai genre drakor, stereotip tentang aktor Korea tidak lagi mengusikku. Pada kenyataannya gak gitu-gitu amat kok. Tengok aja Squid Game atau Fight for My Way, wajar-wajar aja kan?
Jadi ya pada akhirnya aku jadi suka dengan drakor, sampai sekarang. Gak semua drakor kuikuti … ya kali, mana ada waktu? Tapi paling tidak, ngertilah aku kenapa beberapa waktu lalu langit di instagram reels dipadati ikan paus yang berenang kian kemari ^^.
Sama, nggak semua drakor ditonton. Kalau saya pilih yang genre romance comedy. Kalau nggak ada lucunya kayak kurang garam hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
Sampai saat ini saya kok belum tertarik nonton drakor. Makanya kemarin waktu ada challenge dari Blogger Gandjel Rel dengan tema drakor, saya sempat bingung mau nulis apa.
SukaDisukai oleh 1 orang
Waah..kekaguman akan sebagian dr budaya bisa memicu ketertarikan pada bagian lain dari budaya tersebut ya mba.. mantuul.. terima kasih sharing pengalaman nya mbaa
SukaDisukai oleh 1 orang
Ikan paus… Extraordinary apa tuh ya. Anak autis yang jadi pengacara hebat itu kan ya. Aku suka nonton drakor itu. Lucu-lucu ngegemesin banget dah.
SukaDisukai oleh 1 orang
Extraordinary Attorney Woo judulnya ^^
Betul, lucu itu mba 😀
SukaSuka
Aku sempat vakum gak nonton Drakor karena bosan, mba. Jadi baru mulai nonton lagi saat pandemi karena ikut challenge nulis. Sejak saat itu mulai deh pencarian nonton Drakor yang genrenya kesukaanku. Tapi ya nggak tiap hari nonton, dua tahun ini baru nonton 5 Drakor sampai selesai karena pilih pilih itu
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku update drakor dapetnya ya dari review teman2 blogger, Mbak. Kebetulan sampai sekarang masih seneng nonton film Hollywood dibandingkan Korea. Klo pas ada yg genrenya thriller, tetep kepo tapinya hehehee… cari2 reviewnya di postingan teman2 penyuka drakor.
SukaDisukai oleh 1 orang
Memang ya segala sesuatu itu balik ke diri masing-masing apalagi soal selera pasti beda…kalau aku sudah suka drama korea sejak masih SD jaman masih tayang di SCTV, TPI dan Indosiar
SukaDisukai oleh 1 orang
Jewel in the Palace (Dae Jang Geum) adalah kdrama pertama yang kutonton sepertinya mbak, mana episodenya lamaaaaaaaaaa banget ya hahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku penonton Jang Geum juga. Bisa dikatakan itu masuk drakor sageuk legendaris. Sama, ada kalanya bosen juga. Meski teman-teman ngasi review tentang satu drakor yang lagi viral, tapi kalo lagi males juga nggak bakal ditonton ^^.
SukaDisukai oleh 1 orang
Dulu aku nonton segala.macam genre mbak sekarang aku cuma nonton genre detektif aja yg emang kusuka dan sebulan maksimal 2 judul aja. Aku takut kalo kecanduan lagi kek dulu hahahha
SukaDisukai oleh 1 orang