
Hobiku berburu kertas kado bermula saat aku menyibukkan diri membuat handmade name cards dan memasarkannya di lingkup terdekatku. Waktu itu suami lagi studi lanjut, jadi kami LDR-an. Aku yang saat itu sudah berhenti bekerja memanfaatkan waktu luang untuk berkreasi dengan kartu nama. Saat itu belum terbayang bahwa tumpukan kertas kadoku akan pegang peranan penting di tahun-tahun ke depan.
Setelah berkumpul kembali dengan suami, aku menghentikan produksi handmade name cards itu karena terlalu menyita waktu. Tak lama kemudian aku mendapat tawaran untuk terlibat di institusi paud bilingual. Awalnya ragu banget, karena bertahun-tahun sebelumnya aku sudah menggeluti profesi instruktur Bahasa Inggris elementary-advanced. Dan dari seluruh kelas yang kuampu, mulai dari kids, teenagers, adults dan executives, bagiku kelas anak-anaklah yang paling menguras pikiran dan tenaga.
Entah bagaimana penalaranku waktu itu, kok ya akhirnya nekad menerima tawaran menjadi wakil kepsek sekaligus wali kelas. Lho? Iya, waktu itu sekolahnya baru dirintis, jadi budget dan fasilitas masih sangat terbatas, tugas pun dirangkap-rangkap. Capek betul. Every single day harus melahirkan aktivitas yang edukatif dan menyenangkan buat anak-anak. Situasi itu menuntutku untuk memeras kreativitas habis-habisan. Pusing aku mencari bahan yang edukatif, menarik dan murah meriah untuk aktivitas bermain dan belajar.

Sebenarnya buku-buku dan lembar kerja siswa banyak berjajar di toko buku, tetapi itu saja tak cukup. Perlu sesuatu yang bisa memantik gairah anak-anak untuk bermain sekaligus belajar. Akhirnya, di antara beberapa alternatif bahan yang kupunya, tumpukan kertas kadoku menjadi salah satu andalan. Bahkan setelah tak lagi terjun langsung di institusi pendidikan, hobiku mengumpulkan kertas kado tetap jalan terus.
Sebenarnya kenapa sih, mengumpulkan kertas kado itu bisa asyik banget? Tadinya tuh aku lebih suka beli buku-buku aktivitas anak. Tapi di antara sekian banyak buku yang ditawarkan, gak ada dong yang bisa secara spesifik sesuai dengan kebutuhan kita. Butuh banyak jenis buku aktivitas yang harganya sering membuat dompet cepat kurus. Nah, dalam kondisi begitu kertas kado jelas lebih bersahabat dan menawarkan pilihan yang lebih beragam. Dengan uang sekitar 2000-3000 Rupiah per lembar (belinya jangan yang mahal-mahal), kita sudah bisa mendapatkan bahan yang berlimpah untuk aktivitas bermain dan belajar yang menyenangkan. Jadi tidak usah terlalu sering keluar uang untuk beli buku aktivitas. Cukup sesekali saja.

Contoh soal ya? Hihi … kayak di kelas saja. Kertas kado corak kupu-kupu yang ada di atas itu selembar Rp 2.500,00 di toko buku. Kalau di warung bisa lebih murah. Dari selembar kertas kado itu kita bisa dapatkan puluhan gambar kupu-kupu yang dapat dirancang untuk beberapa aktivitas. Misalnya, aktivitas menempel, mewarnai, mencap, mencari pasangan, menyusun pola, menggunting (buat anak yang sudah siap motorik halusnya), berhitung (disesuaikan dengan kebijakan orang tua dan sekolah), belajar English vocabulary, dan lain-lain. Tingkat kesederhanaannya disesuaikan dengan kemampuan anak.
Murid-muridku dulu paling suka kegiatan menempel, mencap dan mewarnai dengan cat poster. Bukan berarti mereka tak suka dengan kegiatan yang lain, tapi somehow tiga aktivitas itu menjadi primadonanya.

Tapi tidak semua hal yang berhubungan dengan kertas kado itu menyenangkan sih. Tentunya dilihat dari kacamata guru yang menyiapkan aktivitas. Hmmm, kalau sudah dihadapkan dengan seabreg gambar yang harus digunting-gunting … yaaa belum-belum rasanya sudah pedes di mata, pegel di tangan. Apalagi kalau tidak punya asisten. Mana badan sudah merindukan kasur, jarum jam sudah lama melewati saatnya tidur. Huhu … bawaannya jadi nelangsa.
Sekarang sih aku sudah tidak ‘kejar tayang’ seperti waktu masih mengajar dulu. Jadi perkara pilih-memilih kertas kado, gunting-menggunting dan rancang-merancang aktivitas kukerjakan jika waktuku memungkinkan saja. Koleksi kertas kadoku biasanya kugunakan saat terjun sebagai relawan, saat memberikan diklat, atau saat mengajar Sekolah Minggu.

Meskipun sudah tidak ngoyo berburu kertas kado lagi, tetap saja kakiku tidak bisa jauh-jauh dari tempat kertas-kertas yang menggemaskan itu dipajang. Sampai sekarang kalau anak-anakku mengajak jalan buat cari kado, bukannya fokus cari kado, akunya malah sibuk memilah-milah kertas kado yang ada di tokonya. Atau jika anak-anakku minta diantar ke toko alat tulis di dekat rumah, tak kulewatkan kesempatan untuk menelisik kertas-kertas kado yang dijejalkan ke dalam sebuah keranjang di atas etalasenya. Ada gairah yang menolak surut tiap kali mata dan otakku berkoordinasi membayangkan aktivitas bermain dan belajar apa saja yang bisa lahir dari lembar-lembar kertas kado itu.
Dan aktivitas itu tidak terbatas buat di sekolah lho. Bagi orang tua yang ingin memberikan aktivitas yang menyenangkan sekaligus edukatif buat anak-anak di rumah, sangat bisa memanfaatkan kertas kado. Tidak harus selalu kertas kado baru, yang bekas pun bisa dimanfaatkan. Menyediakan aktivitas bermain yang edukatif di rumah itu menyenangkan lho. Bukan hanya berdampak positif bagi anak, tapi juga bagus untuk mengasah kreativitas kita sebagai orang tua.
Nah, selain kertas kado masih banyak bahan di sekitar kita yang bisa digunakan untuk merancang aktivitas yang edukatif dan menyenangkan buat anak. Adakah bahan yang menjadi andalan teman-teman dalam menyediakan aktivitas buat si kecil di rumah? Mangga, senang sekali jika ada yang ingin berbagi pengalaman buat saling melengkapi cerita.
wah ternyata pake kertas kado pun bisa juga ya berkreasi dan malah ada nilai edukasinya hihihi…akhir akhir ini aku juga lagi seneng maen sama kertas kertas, bukan kertas kado tapi kertas origami
SukaSuka
Ajari aku, Ola, biar pinter lipet-lipet origami juga 😀
SukaSuka
Hal simple ya tapi bisa buat permainan edukatif. Mbak Evy kreatif banget deh
SukaSuka
Yang pernah kepepet, besar kemungkinan terpaksa jadi kreatif mba 😁
SukaSuka
Liat ini aku kok jd inget masa kecil dulu ya. Aku dulu kolektor kertas kado. Pernah nih dulu liat kertas kado punya kakak motifnya bagus. Dia ga mau ngasih. Aduh, aku sampai mecah Celengan buat beli itu. Haha. Konyol. Aku dulu kertas ini buat bikin buku mini gitu. Sekarang kok malah ga kepikiran ya bisa buat bahan edukasi bermain anak. *numpang nyuri idenya ya. Hihi
SukaSuka
Boleh boleh, mangga diadopsi idenya 😄
SukaSuka
Kertas kado warna warni tentunya merangsang otak agar bisa berkreasi ya Mba..
SukaSuka
Harapannya, banyak anak yang terstimulasi untuk jadi kreatif mba 😀
SukaSuka
kreatif banget dari kertas kado bisa jadi mainan edukasi.. mantap
SukaSuka
Biasanya kondisi kepepet itu memicu kreativitas 😄
SukaSuka
nice idea, ini untuk anak usia 7 tahun keatas ya, terutama menggunting mengikuti gambar yang dipotong, kalau menempel yang dibawah 6 tahun mungkin gampang aja
SukaSuka
Usia TK A sudah bisa dilatih menggunting sederhana, bukan mengikuti bentuk yang kompleks spt guntingan gurunya 😀, tapi menggunting titik-titik terluar dari sebuah gambar
SukaSuka
aku dulu hobi banget koleksi kertas kado dan kadang aku buat kreasi untuk kotak tempat pensil, tempat sisir 🙂
SukaSuka
Wah, pasti unik kotak pensil bikinan sendiri, gak ada kembarannya 😀
SukaSuka
Uih kreatif banget mbak. Aku jadi terinspirasi untuk buat begini juga utk hiasan dinding hehe
SukaSuka
Wah, ada ide baru lagi nih. Nanti aku diajari ya 😀
SukaSuka
Aku termasuk yang nggak kreatif mba Evy hahahha
tapi jadi tahu berkat sharing dari kertas kado ternyata mengedukasi
SukaSuka
Awalnya belum kreatif, tapi nyanding mas-nya yg kreatif bisa nular lho kreativitasnya 😀
SukaSuka
Baguss… bisa di ajarin ke anak-anak disekolah juga nih ^_^
SukaSuka
Bisa 😀 tinggal dipilih yg sesuai dengan tingkatan usia dan kompetensi peserta didik
SukaSuka